Tiga belas tahun yang lalu aku bertemu dengannya. Iya, dia yang sekarang menjadi ayah dari anak-anakku. Awal pertemuan kami tak seindah kisah romansa dalam novel bertajuk cinta. Biasa saja, tak ada yang istimewa.
Kala itu aku berkenalan dengan tiga pemuda yang ternyata salah satu di antara mereka menyimpan rasa cinta padaku pada pandangan pertama. Tapi Tuhan punya rahasia. Sungguh tiada kusangka bahwa pada akhirnya justru sahabatnya yang kini menjadi teman hidupku di dunia.
Dia yang sekarang menjadi pasanganku adalah seorang lelaki sederhana. Dia bukan lelaki yang pandai menyenangkan hati wanita dengan kata-kata mesra. Bukan pula lelaki penuh kejutan yang suka memberi bunga atau hadiah sebagai tanda cinta. Jujur, dulu aku sangat merasa terganggu dengan kehadirannya. Aku begitu benci padanya. Benci dengan segala hal tentangnya. Benci dengan style-nya. Benci setiap kali dia menghubungiku ataupun mengirim sebuah pesan singkat lewat ponselnya. Bagiku, membalas SMS-nya hanya membuang-buang pulsa, membu